Sunday, January 28, 2007

Inspiring Love Story



v Kisah Raja Bhartrihari

Rounded Rectangle: “Istriku tercinta, kalung ini sangat berharga, simpanlah selalu bersamamu.”Suatu ketika terdapatlah seorang Raja muda tampan dan berkualifikasi tinggi, bernama Bhartrihari, yang sangat ahli dalam berbagai macam seni. Raja Brhartrihari menikah ketika usianya 25 tahun, dan dia sangat terpikat oleh istrinya yang rupawan. Untuk membuktikan rasa cintanya, Raja Brhartrihari mempersembahkan sebuah kalung permata kepada istrinya. Kalung itu nilainya diatas satu juta dolar jika diukur dengan kurs mata uang saat ini. Sang Raja sendiri yang mengalungkannya di leher istri tercintanya. Raja Bhartrihari kemudian memeluk sang permaisuri sambil berkata, “Istriku tercinta, kalung ini sangat berharga, simpanlah selalu bersamamu.”

Rounded Rectangle: Wanita yang sangat dicintainya ternyata hanya membuat kedukaan yang sangat dalam.Raja Bhartrihari sangat mencintai istrinya, namun sayang tidak begitu dengan sang istri. Istri Raja Bhartrihari lebih tertarik pada panglima pasukan Raja yang berwajah sangat tampan. Karena itulah beberapa hari setelah menerima kalung yang sangat indah itu ia memberikannya pada sang panglima untuk melukiskan perasaan cintanya.

Walaupun sang ratu sangat tertarik padanya, namun panglima tersebut tidak merasakan hal yang sama. Dia lebih tertarik pada seorang pelacur, karena itulah dia menyerahkan kalung pemberian sang permaisuri kepada pelacur itu sebagai tanda cintanya. Tetapi si pelacur sama sekali tidak tertarik pada sang panglima, yang dicintainya hanyalah Raja Bhartrihari.

Suatu ketika pelacur itu memberikan kalung tersebut pada Raja Bhartrihari untuk menyatakan isi hatinya. Melihat kalung itu Raja Bhartrihari sangat terpukul dan menanyakan kepada si pelacur darimana ia memperoleh kalung itu. Karena ketakutan pelacur itu tidak menjawab. Raja Bhartrihari yang sedang marah kemudian berkata, “Jika kamu tidak memberitahu yang sebenarnya padaku, maka tidak segan-segan aku akan memenggal kepalamu.” Dengan suara terbata-bata si pelacur menceritakan bahwa kalung itu diperolehnya dari panglima kerajaan.

Raja Bhartrihari lalu memanggil panglima tersebut. Awalnya sang panglima tidak

menjawab namun setelah diancam oleh Raja Bhartrihari ia menceritakan kalau kalung itu

diberikan oleh permaisuri sebagai ungkapan rasa cintanya.

Raja Bhartrihari sangat terpukul dan kecewa. Dalam kekecewaannya Raja Bhartrihari sadar bahwa tidak ada cinta sejati di dunia ini. Wanita yang sangat dicintainya ternyata hanya membuat kedukaan yang sangat dalam. Sang Raja akhirnya memutuskan untuk melepaskan segala ikatan duniawi, meninggalkan istananya, kerajaannya dan semua busananya yang mewah dan pada akhirnya ia menjadi seorang rohaniawan yang sangat terkenal.

hal ini disebabkan atas ketidaktahuannya bahwa dalam hal mencintai kita harus menyadari adanya cinta sejati terlebih dahulu. Kesengsaraan yang dirasakannya akibat tumpahan rasa cintanya tidak diarahkan pada tujuan yang seharusnya. Hanya Krishna, Pribadi Tuhan yang merupakan kekasih sejati setiap insan.

v Kisah Pemuda yang Terancam Maut

Suatu kali seorang pemuda tersesat di dalam hutan. Ia mendengar suara harimau mengaum. Ketika dia berlari karena ketakutan, matanya melirik kesana kemari untuk mencari tempat perlindungan. Akhirnya pemuda itu melintasi sebuah sumur kering yang sudah tidak terpakai lagi. Semak dan rumput liar tumbuh disekitar sumur dan dilihatnya sebuah pohon tumbuh disamping sumur itu. Dengan bantuan ranting pohon tersebut pemuda itu menundukkan tubuhnya sedikit ke dalam sumur. Dia merasa nyaman karena berpikir dirinya tidak akan dapat ditemukan oleh harimau yang mengejarnya. Ketika pemuda itu hendak turun kedasar sumur dilihatnya begitu banyak ular didasar sumur. Ular-ular itu membuka lebar-lebar mulutnya dan mendesis, siap mematuknya.

Sambil memegang erat kedua cabang pohon, pemuda itu menyadari bahwa kesulitan semakin bertambah. Di dasar sumur begitu banyak ular berbisa yang menunggu untuk mematuknya sementara di atas, seekor harimau buas sedang menunggu untuk memakannya. Pemuda itu merasa sangat takut.

Tiba-tiba dua ekor tupai, satu hitam dan satu putih bergelantungan pada kedua dahan yang dipegangnya. Kini hanya tinggal menunggu waktu kapan dahan-dahan itu akan dimakan dan dia akan jatuh kedalam mulut ular-ular berbisa itu. Untuk menghilangkan ketakutannya ia harus memilih antara dua pilihan apakah mendaki ke atas sumur dan membiarkan dirinya dimakan harimau atau turun kedasar sumur untuk dipatuk ular-ular berbisa. Apa pun pilihannya, pemuda itu membayangkan bahwa kematiannya akan sangat mengerikan.

Dalam keadaan yang sangat sulit, tiba-tiba pemuda itu melihat sebuah sarang lebah pada salah satu cabang pohon. Karena pohon yang digunakan untuk berpegangan bergoyang, sehingga beberapa tetes madu menetes dekat sekali dengan wajahnya, Karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menikmati manisnya tetesan madu itu, ia mendekatinya dan setetes demi setetes madu itu dirasakan sehingga pemuda itu lupa kalau dirinya sedang berada diujung maut.

Seluruh komponen dalam analogi itu menggambarkan keadaan kita. Pemuda dalam cerita itu merupakan simbol jiwa yang hidup di alam ini. Kita berada dalam situasi yang berbahaya, kita dapat mati kapan saja dan tidak ada jalan yang dapat menyelamatkan kita dari pengaruh alam material. Ular-ular itu melambangkan masalah-masalah yang kita hadapi, menerpa kita silih berganti seperti gelombang di lautan lepas. Kita selalu berpikir “Oh, mudah-mudahan ini adalah masalah yang terakhir. Saya akan merasa bahagia setelah masalah ini selesai.” Tetapi terkadang gelombang yang lebih besar kembali datang dan mungkin lebih dari satu gelombang atau permasalahan yang akan muncul dalam satu waktu – mungkin lima atau enam permasalahan. Di atas sumur sedang berdiri seekor harimau buas yang merupakan lambang kematian, yang selalu menantikan untuk memakan setiap orang di dunia.

Kedua cabang pohon simbol dari reaksi perbuatan yang kita lakukan, baik maupun buruk, perbuatan saleh atau tidak. Kita menikmati hasil dari perbuatan kita. Reaksi-reaksi tersebut dikombinasikan dan berlangsung selama waktu hidup kita, dan waktu itu akan habis masa demi masa. Tupai berwarna hitam melambangkan malam hari dan tupai berwarna putih melambangkan siang hari. Kita merasa sangat bahagia ketika satu hari berganti dengan hari yang lain tetapi sesungguh nya hari yang akan datang maupun yang telah lampau hanya menyatakan bahwa waktu hidup kita sudah semakin berkurang.

Diantara banyak masalah dan bahaya yang mengancam, setetes madu jatuh dilidah yang rasanya sangat manis, ini menggambarkan singkatnya kebahagiaan yang kita rasakan saat bersama teman dan melakukan hubungan lain di alam ini.

Semua makhluk hidup melakukan upaya yang sangat keras, saling bersaing untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Bahkan seorang presiden atau perdana menteri sebuah negara besar sekali pun merasakan ketidakpuasan. Contohnya kehidupan Putri Diana dan Bill Clinton walaupun mereka telah meraih sukses luar biasa tetapi tetap saja mereka tidak merasakan kebahagiaan (yang sesungguhnya).

Tidak ada satu pun makhluk hidup yang berbadan material dapat merasakan kebahagiaan abadi. Kehidupan sebagai manusia dimaksudkan untuk mencari jalan keluar dari penjara badan duniawi ini, yang telah pasti akan bertambah tua dan mati!!!

No comments:

Blog Archive