Sunday, January 28, 2007

Dialog Perdamaian

Interrelligious Dialogue Concept :

--------We are all Chilldren of the same Father!!! ------

Stop Terorisme mari berdialog!!

Short Speech by Srila Bhaktisvarupa Damodara Swami

(place : Bhakti-Yoga Ashram, Yogyakarta)


(Pada kesempatan kali ini, Srila Bhaktisvarup Damodar Maharaj alias Dr. Singh, berbicara kepada penghuni asram dan beberapa tamu dari Interfidei, beberapa aktivitis muda Dialog Lintas Agama. Maharaj menyemangatkan anak-anak muda ini agar semakin menggalang dialog antar agama, demi semakin mendorong adanya kerharmonisan dan kedamaian dalam pluralisme agama)

Rounded Rectangle: Perdamaian dunia tidak mungkin terwujud tanpa adanya perdamaian antar-agama, perdamaian antar agama tak akan ada tanpa diawali dengan dialog.Saya baru datang dari Korea dalam rangka pertemuan Global URI (United Religion Initiative), dimana saya adalah salah satu pendiri & Koordinatornya. Ada banyak tokoh dari berbagai kalangan dan agama yang datang ke pertemuan tersebut. Ada dari kalangan Kristen, Buddha, dan lain sebagainya termasuk agama Islam, seperti beberapa delegasi dari negara Malaysia, Indonesia. Mungkin anda juga pernah mendengar tentang parlemen agama-agama dunia? Tahun lalu parlemen ini mengadakan konferensi di Spanyol. Selama ini saya aktif dalam mengadakan interreligious/ interfaith dialogue, pertemuan & dialog antar berbagai agama dan kelompok-kelompok relijius, demi atau dalam rangka mewujudkan ‘world peace and harmony’ Kedamaian dan keharmonisan masyarakat dunia.

Perdamaian dunia tidak mungkin terwujud tanpa adanya perdamaian antar-agama, perdamaian antar agama tak akan ada tanpa diawali dengan dialog. Dialog berarti berkumpul, duduk bersama, saling mengemukan masalah secara bersama, sehingga tidak ada saling salah paham. Lalu bagaimanakah caranya agar ada suatu dialog? Tidak mungkin ada dialog tanpa ada Global Ethics (Etika Global).. Maka itu adalah tanggung-jawab kita bersama untuk mengembangkan dialog.

Hampir dalam setiap agama mengatakan atau menjelaskan bahwa kita semua adalah “Anak-anak” Tuhan. Anak yang memiliki persamaan derajat dimata Tuhan. Tuhan memiliki banyak nama, seperti halnya anda berbicara dalam berbagai bahasa yang berbeda-beda. (begitu juga Tuhan dipanggil dengan berbagai nama dalam bahasa yang berbeda, namun Iamengacu pada satu Tuhan, Tuhan yang sama – red)

Konsep dalam dialog ini adalah bagaimana mendekatkan antara kita (antara umat beragama), bahwa kita adalah saudara. Konsep ini harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, di dalam masyarakat, bukan hanya sekedar teori di mulut saja.

Di dalam tradisi Hindu, Tuhan Yang Maha Esa, disebut atau dikenal dengan banyak nama - nama Sanskerta seperti Krishna (Dia Yang Maha Menarik), dan sebagainya. demikian juga di kalangan Kristen Tuhan disebut dengan Kristus (atau Bapa di Surga-ed), dalam agama Islam Tuhan disebut dengan Allah, sedang dikalangan agama Yahudi, Tuhan dipanggil dengan nama Jehovah. Jadi Tuhan itu adalah satu dan semua kitab suci mengatakan bahwa kita adalah “Anak-anak” Tuhan yang sama, Tuhan yang satu itu. Walau Tuhan satu tetapi Dia dipanggil dengan nama yang berbeda-beda. Seperti halnya di India ada sistem penamaan (orang) tersendiri, begitu juga di Indonesia juga memiliki sistem penamaan yang berbeda. Jadi walau kita memanggil Tuhan yang sama itu dengan berbagai nama yang berbeda, namun kita tetap adalah “Anak-anak”-Nya.

Dalam Bhagavad-Gita, Tuhan, Sri Krishna menyatakan :

mamaivamso jiva-loke jiva-bhutah sanatanah

manah-sasthanindriyani prakrti sthani karsati

“ Makhluk-makhluk atau entitas hidup di dunia yang terikat ini adalah bagian & percikan yang kekal dari-Ku, mereka berjuang keras melawan 6 (enam) indera termasuk pikiran.” (Bg. 15.7)

We are all Chilldren of the same Father!!!

Seluruh dunia sekarang sedang berpikir bagaimana cara mencari atau mewujudkan Peace and Harmony! Memang secara teori mudah mengatakan bahwa kita adalah “Anak-anak” Tuhan, bahwa kita semua adalah Saudara, namun masih susah untuk mempraktekknya dan masih banyak terjadi pertikaian dan peperangan atas nama agama, perbedaan suku dan ras, di berbagai belahan dunia.

Rounded Rectangle: Karena itu dialog antar umat beragama adalah mutlak diperlukan untuk menghindari berbagai masalah seperti terorisme……… Memang dalam kenyataan sehari-hari anak-anak yang lahir dari ayah (dan ibu) yang sama pun bertengkar satu sama lain, yang mana pertengkaran itu biasanya terjadi dalam perebutan warisan, bisnis, dan lain sebagainya. Maka itu kalau kita sungguh-sungguh ingin mewujudkan peace and harmony, maka kita harus belajar berdialog (dengan saudara-saudara kita yang lain).

Dialog ini juga sangat penting digalakkan dikalangan mahasiswa, karena mayoritas masyarakat dunia adalah anak muda dan mahasiswa merupakan bagian anak muda yang cukup besar dalam penduduk dunia, yang sekarang juga sedang mulai berminat dalam interreligious dialogue ini, sehingga kehidupan umat manusia yang harmonis (dan damai) akan lebih mudah untuk diwujudkan.

(Maharaj menunjukan sebuah buku baru yang berjudul “Toward world peace and harmony”)

Dan buku ini adalah merupakan kontribusi dari beberapa peraih hadiah nobel dalam rangka konferensi pendahuluan yang diadakan di New Delhi, sebelum menuju World Congress, yang diselenggarakan oleh world relgious parilament (Parlemen Agama-agama Dunia) pada tahun 2004 di Spanyol. Buku ini saya edit sendiri dan kata pengantarnya ditulis oleh Desmond Tutu (peraih Nobel dari Afrika Selatan). Para Penulis yang ada di dalam buku ini, datang dari berbagai kalangan (termasuk DR Singh) seperti ada juga seorang penulis muslim, peraih Nobel dalam Sains (Ilmu pengetahuna Eksak), Ada juga seorang peraih nobel dari Irlandia dan lain sebagainya.

(Maharaj mengutip kata-kata salah satu penulis dalam buku itu) :

“Saya sadar sepenuhnya kehadiran Tuhan dalam hati saya, dan dalam setiap hati makhluk hidup lainnya. dan setiap kehidupan manusia adalah rahasia, lalu bagaimana saya dapat membunuh makhluk atau umat lainnya."

Kemudian Maharaj (Dr.singh) membacakan kutipan dari penulis yang lain, yaitu Desmond Tutu, dia mengatakan :

“Tidak akan ada masa depan tanpa rasa memaafkan tanpa kehadiran rasa pemaafan ini semua akan hancur”

“Tidak akan pernah ada Stabilitas jika ada dendam “

“Perdamaian bukan mimpi, namun melainkan adalah suatu kerja keras “Hard Work”, bukan pula sesuatu yang glamor, naif dan lain- lain.

Inti interreligious dialogue

Dan di dalam dialog antara agama, (sebaiknya) ada dialog science dan religon (dialog antara Ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu agama). Sains dapat menghasilkan bom, yaitu senjata untuk membunuh. Jika disalahgunakan maka akan berdampak sangat fatal. Namun disisi lain tak dapat dipungkiri sains sangat membantu kehidupan manusia seperti halnya mikropon ini, dapat memperkeras suara. Ini merupakan contoh produk sains yang bermanfaat bagi umat manusia. Demikian juga dengan produk-produk yang dihasilkan sains lainnya seperti pesawat terbang dan lain sebagainya, sangat banyak membantu kehidupan manusia.

Maka itu, karena hasil-hasil sains sangat penting, seperti juga dalam medical science (Ilmu pengetahuan medis atau kedokteran), Sains Pertanian dan lain-lain. Karena itu Sains sangat menguntungkan tetapi juga dapat menghancurkan seperti dapat kita lihat dengan adanya bom-atom. Betapa dahsyat juga, efek negetif yang pernah dihasilkan oleh sains ini (yaitu hancurnya dua kota besar di Jepang akibat bom atom).

Maka itu adalah sangat mendasar, ilmuwan itu diajak untuk berdialog (dalam rangka mewujudkan perdamaian dan keharmonisan dunia). Siapakah yang dapat menginspiraksikan atau mengarahkan para ilmuwan ini?, hanyalah seorang rohaniawan!! Karena konsep-konsep religi memberikan suatu konsep benar-salah.

Agama yang benar atau agama yang benar-benar bonafide, dapat menjelaskan mana kegiatan yang benar mana kegiatan yang salah, karena itu dalam interreligious dialogue harus ada ruang bagi dialog antara sains dan agama, dialog ini merupakan suatu gerakan dan proyek besar di masa mendatang bagi masyarakat manusia.

(Dr T D Singh murid dari Swami Prabhupada, aktif dalam URI. Beliau adalah Direktut Bhaktivedanta Inst. Dan Rektor University of Bhagavata Culture, India)


No comments:

Blog Archive